Seni
Saya yakin dan percaya bahwa setiap orang adalah seniman. Dan
merupakan kesalahan jika orang hanya mengangggap seorang yang memiliki jiwa
seni hanya orang orang yang mahir dan maestro dalam bidang musik, teater,
sastra, melukis atau sekedar main origami. Mungkin dikarenakan setiap orang
memiliki defenisi yang berbeda tentang seni. Termasuk saya, saya mendefenisikan
seni sebagai additional of activity in life (benar atau tidak bahasanya, anggap
saja itu seninya).
Ibarat masakan, seni merupakan bumbu bumbu pelezat makanan,
dan dalam aktifitas kehidupan, saya memandang bahwa seni adalah sentuhan lain yang
berbaur dalam sebuah aktifitas sehingga ada perasaan bahagia yang timbul dari
aktifitas tersebut, makanya saya selalu mencoba memperhatikan seni yang dipakai
orang lain dalam aktifitas kehidupannya.
Dan seni tidak ada teorinya.
Contohnya, seni berbicara.
Terserah apapun bahasa dan
logatnya, pada intinya berbicara adalah menyampaikan dan mensinkronisasikan konsepsi
yang ada di pikiran kepada orang lain, terserah apapupun metodenya, tapi saya
yakin setiap orang memiliki seni yang berbeda beda dalam berbicara, mulai dari
rombongan orang ekspresif yang berbicara luwes diikuti dengan kemampuan berekspresi
muali dari mikroekspresi sampai makroespresi mereka yang tak jarang kita lihat
agak lebay dan membuat kita ingin menyela “biasa aja dong ngomongnya, gak harus
geetu geetu amat!!”. Dan saya salah satu dari mereka.
Tapi kita bisa lihat perbedaan yang sangat kentara antara
orang-orang ekspresif kolereis plegmatis melankolis, analitis, atau apapun
jenis dari pembagian karakteristik mereka ketika mereka berbicara.
Nah, untuk
melihat itu pun ada seninya, dan saya orang yang meragukan kemampuan ilmuan
mikroekspresi karna menurut saya untuk mengenali emosi dibalik ekpresi
seseorang tidak dengan rumus atau teori tapi dengan seni merasakan dan
mengenali emosi lawan bicara. Mungkin ya, ini spekulasi saja. Mereka tidak
benar benar menguasai teori ilmu mikroekspresi, tapi mereka memiliki jiwa seni
yang tinggi dalam mengenali ekspresi dan emosi orang lain.
Just it.
Saya beranggapan bahwa segala sesuatu bisa menjadi karya
seni jika diberikan sentuhan seni. contoh lainnya adalah, seni memakan permen
karet (oh.. i miss it, entah kapan terakhir), seni membuang sampah, atau seni
menutup pintu. Saya pernah menutup pintu rumah menggunakan pantat, dan menurut
saya itu seni. Just, because i love to do that. And i am happy.
Seni membuat segala sesuatu yang tidak masuk akal menjadi
lebih indah dan memancarkan energi kebahagian, energi positif. Dan menurut saya
salah satu hal yang membedakan manusia dengan binatang adalah seni. terserah
ada yang berpendapat, “wah gak bisa dong binatang juga punya seni, contohnya
lebah, coba perhatikan sarang lebah yang terangkai begitu indah, atau kawanan
serigala yang berjalan dengan susunan yang kuat didepan, yang muda ditengah,
yang tua di belakang, yang ganteng di SCTV, atau perhatikan elang terbang
dengan gagahnya,, itu seni lo”
Ok. Menurut saya itu habit.
No more to explain.
Saya mencintai seni karna menurut saya
“seni tidak akan pernah mati, dan seni tak akan pernah
menyakiti, ia muncul dari dalam hati , dan ia hadir untuk memperindah budi”
Siapa budi??
Mungkin anak ibu budi.