Ambisi.
Niscaya proses tak akan pernah mengkhianati hasil, atau
sebaliknya. Mereka ibarat sepasang kekasih yang kadang bertengkar, baikan lagi,
bertengkar lagi, baikan lagi, begitu terus sampai akhirnya putus atau sampai ke
jenjang pernikahan. Lalu bagaiman dengan pengkhianatan? Ohh. Ini tak sepenuhnya
cerita asmara.
Ada sebuah ungkapan tentang kehidupan yang mengatakan bahwa
“terkadang kita tak sabar untuk menyaksikan hasil, sehingga kita lupa untuk
menikmati proses”. Begitukah kehidupan berjalan?
I don’t know.
Hari ini saya punya banyak keinginan, mulai dari sekumpulan
ide bisnis yang sudah mulai berjalan, atau keinginan dapat uang banyak untuk
keliling dunia, melanjutkan kuliah S2,S3, dan menjadi satu dari sekian ekonom
ternama, sampai cita cita mulia
memperbaiki negara, bahkan keinginan untuk jadi juara stand up comedy tingkat
dunia, and keep writting..”
oh wow...
kalau pak mario teguh baca blog ini, dibawah dia bakal komen
“ just dream it, wake up in early morning,, then sleep.. salam super”
Tapi saya percaya bahwa didunia ini ada sebuah hukum tentang
kemungkinan yang saya karang sendiri (terkadang sekedar penghibur diri), yaitu
‘segala sesuatu yang tak mungkin terjadi itu mungkin untuk terjadi, apalagi
sesuatu yang mungkin terjadi, ya... mungkinlah terjadi..”
dan kemudian saya coba belajar planning dan organizing semua
itu sebaik yang saya bisa, contohnya bangun pagi, shalat subuh dan bertebaran
diatas dunia..
meskipun dominan bertebaran diatas kasur
-_-“
Namun perlahan lahan kapal berlayar, nun jauh disana pulau
pulau nirwana mulai itil (ilang-ilang timbul), tergantung minus mata.. Kalau
lagi bersemangat, perwujudan dari keinginan-keinginan itu, anggap saja ini
defenisi sukses, kadang terlihat sangat jelas 6 centimeter dari mata (5 cm udah
ada yang pakai istilahnya), namun ketika minus kambuh dan saya mencoba membuka
mata, ternyata pulau pulau nirwana tersebut menjelma menjadi bekas iler di
bantal, dan seolah pak mario teguh tidur disebalah saya dan bilang “ just dream
it, wake up in early morning,, then sleep.. salam super”
oh man.. cepat atau lambat kita akan merasa, kenapa sih
harus ada keinginan ataupun kebutuhan, toh sebagian besar gak terwujud. Seperti
hukum ekonomi yang mengatakan bahwa “kebutuhan manusia tidak terbatas tapi alat
pemuas kebutuhan tersebut terbatas”
"What are You doing God???
Why You give me “Ambitions”?
why
you dong give me a reason, just a little bit enought...
Ok. You don’t have to leave coment"
Saya yakin Tuhan sudah memberikan jawabannya bahkan sebelum
pertanyaan itu muncul. Mungkin jawaban tersebut belum terinderai, terfikirkan,
ataupun terstruktur menjadi sebuah kalimat jawaban didalam akal.
Namun saya teringat kata seorang teman, hidup lah sederhana,
lakukan hal yang biasa-biasa saja, jangan bebani hidupmu dengan berbagai
keinginan yang perlahan akan menjadi beban didalam kehidupanmu, untuk apa punya
banyak uang dan harta jika kau malah sibuk dan menghabiskan hidupmu untuk
mencarinya, dan bahkan kau tak punya waktu untuk menghabiskannya.
Beribadah dan
berbahagialah, hidup hanya sekali.
Saya curiga dia mario teguh.
Tanggapan saja hanya “ngangguk”, padahal dalam kepala saya
kata kata itu seolah menjadi topik sebuah rapat paripurna DPR-RI yang ricuh dan
ribut yang akhirnya ketok palu dan pimpinan sidangnya bilang “OK. Hasil rapat
kita kali ini “paradoks. Tok. Tok. Tok..”
Ya, ini paradoks antara ambisi, obsesi, keinginan, atau
apalah terminologi bahasanya,, intinya itu, versus menikmati hidup dengan cara
keluar dari semua yang menjadi beban pikiran.
Lalu apa intinya?
Ya intinya paradoks, manusia berada pada wilayah paradoks,
wilayah “antara”.
Antara siang dengan malam, bahagia dengan sedih, antara
ambisi dengan menikmati hidup, antara earn dengan spend.
Lalu?
Nikmati siang mu, nikmati malam mu, dan nikmati ambisimu,
nikmati prosesnya.
Lalu hasilnya?
Katanya sih proses tidak akan mengkhinati hasil, believe it.
0 komentar:
Posting Komentar